ASUHAN
KEPERAWATAN
ISK
(INFEKSI
SALURAN KEMIH)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA: NOVIJAWATI
KELAS: XI KEPERAWATAN
GURU: INTAN KESUMA N.S,KEP,.NERS
TP 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan rahmat dan hidayahnya-Nya kami dapat menyelesaikan asuhan
keperawatan dengan kasus pada pasien penderita infeksi saluran kencing, dengan
baik dan benar meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih kepada
ibu INTAN KESUMA NINGRUM..... selaku guru kebutuhan dasar manusia yang telah
membimbing dan memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang penyakit ISK dan juga penata
laksanaan dalam penanganan kasus ISK tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa didalamkami membuat makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Medan johor,11 september 2018
Penyusun
NOVIJAWATI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................
i
KATA
PENGANTAR................................................................................
ii
DAFTAR ISI................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................
1
B. Rumusan Masalah........................................................................3
C. Tujuan........................................................................................
4
BAB II LANDASAN TIORITIS
A. Pengertian ISK............................................................................
5
B. Penyebab ISK........................................................................
6
C. Tanda dan gejala
ISK...................................................................... 6
D. Patofisiologi
ISK.......................................................................... 6
E. Klasifikasi ISK..........................................................................
7
F. Pemeriksaan Diagnostik Penyakit
ISK...................................... 8
G. Penatalaksanaan Penyakit ISK.....................................................
12
KASUS ISK.................................................................................
14
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN................................
16
BAB III TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN................................................................
31
B.RIWAYAT KESEHATAN ....................................................... 31
C. PEMERIKSAAN FISIK
D. AKTIFITAS SEHARI
E.AKTIFITAS PERAWATAN DIRI
F. DATA PSIKOSOSIAL
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
H. PENATALAKSANAAN ,( analisa
data , diagnose keperawatan,implementasi , intervensi)
BAB IV PEMBAHASAN
A.
PENGKAJIAN
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
C.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
D.
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
E.
EVALUASI KEPERAWATAN
BAB V PENUTUP
A.KESIMPULAN
B.SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Infeksi
saluran kencing atau ISK merupakan masalah kesehatan yang cukup serius bagi
jutaan orang di setiap tahun.Infeksi Saluran Kemih merupakan penyakit infeksi
nomor 2 yang paling banyak menyerang manusia di muka bumi.Umumnya penyakit ini
menyerang kaum wanita tapi sering juga ditemukan laki-laki yang menderita
Infeksi Saluran Kemih (Milagros. 2012).
Sakit
sewaktu buang air kecil merupakan keluhan yang sesekali terjadi dalam hidup
kita.Sebagian besar tidak berbahaya karena hanya disebabkan menahan kencing
atau minum air terlalu sedikit, sehingga kencing berwarna pekat dan
merangsang.Namun, bila sakit terjadi karena infeksi oleh kuman, maka harus
diobati karena dapat menimbulkan komplikasi seperti pendarahan.Selain itu,
infeksi juga dapat menjalar ke ginjal atau organ lainnya (Valentina L. 2008).
Infeksi
saluran kemih atau ISK merupakan masalah kesehatan yang cukup serius bagi
jutaan orang di setiap tahun.Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan penyakit
infeksi nomor 2 yang paling banyak menyerang manusia di muka bumi.Umumnya
penyakit ini menyerang kaum wanita tapi sering juga ditemukan laki-laki yang
menderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) (Valentina L. 2008).
Infeksi
kandung kemih terjadi ketika ada bakteri atau Mikroorganisme lainnya, melekat
pada pembukaan uretra dan berkembang biak. Uretra adalah saluran yang
menghubungkan kandung kemih ke saluran luar pembuangan air
seni.Dan karena pria memiliki uretra lebih panjang daripada wanita, bakteri dan
mikroorganisme lainnya lebih sulit menjangkau kandung kemih dan menyebabkan
Infeksi Kandung Kemih (Valentina L. 2008).
Infeksi ini
umumnya memang terjadi pada wanita.Namun bukan berarti pria tidak pernah
terjadi gejala penyakit ini.Hal ini dikarenakan, berdasarkan fakta infeksi
saluran kemih terjadi pada pria.Gejala awal Infeksi Saluran Kemih adalah urin
yang dikeluarkan tampak lebih keruh dan berbau, ingin selalu buang air kecil
namun hanya sedikit urin yang keluar dan menyebabkan rasa terbakar atau sakit
pada saluran urin saat buang air kecil (Valentina L. 2008).
Gejala
infeksi saluran kemih akut dan gejala infeksi saluran kemih kronis memiliki
persamaan pada proses timbul yang lambat dan radang yang ringan. Pada umumnya
gejala infeksi saluran kemih kronis akan terjadi dalam kurun waktu jangka
panjang dan juga akan terjadi penanahan berulang kali pada urine atau
eritrosit. Pada pasien-pasien ini umumnya memiliki catatan riwayat infeksi saluran
kemih akut, batu ginjal serta pertumbuhan yang abnormal atau faktor lainnya.
Oleh karena itu,harus dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut (Depkes RI,
2014).
Infeksi saluran kemih juga
merupakan salah satu penyakit akut terbesar dari anak-anak atau remaja dan
kira-kira berpengaruh pada 6,5% perempuan dan 3,3% laki-laki pada satu tahun
pertama kehidupannya. Serta biasanya terjadi refluks vesika urinari yang mana
memperlihatkan 30% sampai 40% dari anak - anak dengan infeksi saluran kemih
yang dapat menjelaskan resiko untuk infeksi berulang dan pembentukan jaringan
parut pada ginjal (Depkes RI, 2014).
Prevalensi bakteriuria
asimptomatik lebih sering ditemukan pada penderita infeksi saluran
kemih.Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1% meningkat menjadi 5%
selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimptomatik meningkat
mencapai 30% baik laki-laki ataupun perempuan bila disertai faktor predisposisi
seperti litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis
papiler, Diabetes mellitus paska transplantasi ginjal, nefropati analgesik,
sickle cell desease, hubungan seksual, kateterisasi, dan lain (Depkes RI, 2014).
Kondisi penyakit infeksi,
salah satunya Infeksi Saluran Kemih, menyebabkan seseorang bergantung kepada keluarganya.Waktu
dan biaya yang dibutuhkan untuk merawat sesorang dengan penyakit infeksi tidak
lah sedikit sehingga menimbulkan masalah ekonomi pada keluarga.Keluarga menjadi
merasa bersalah, frustasi, cemas dan depresi terhadap penyakit yang diderita oleh
anggota keluarganya. Bagi anggota keluarga yang lain, waktu kebersamaan dengan
anggota keluarga akan berkurang sehingga mengakibatkan masalah defisit
interaksi pada setiap anggota keluarga (Depkes RI, 2014).
Infeksi
saluran kemih di masyarakat makin meningkat seiring meningkatnya usia.
Berdasarkan survey dirumah sakit Amerika Serikat kematian yang timbul dari
Infeksi Saluran Kemih diperkirakan lebih dari 13000 ( 2,3 % angka kematian).
Pada usia muda kurang dari 40 tahun mempunyai prevalensi 3,2% sedangkan diatas
65 tahun angka infeksi saluran kemih sebesar 20%. (Depkes RI, 2014).
Menurut WHO dalam Infeksi
saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi yang kedua tersering pada tubuh
sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per
tahun. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita dari pada
laki-laki.Indonesia merupakan negara berpenduduk ke empat terbesar dunia
setelah Cina, India dan Amerika Serikat.Sementara itu Penduduk Indonesia yang
menderita Infeksi Saluran Kemih diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa.(Depkes RI, 2014).
Infeksi saluran kemih di
Indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi, Menurut perkiraan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 90-100
kasus per 100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru
pertahun (Depkes RI, 2014).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi ISK?
2.
Apa etiologi atau penyebab dn tanda gejala ISK?
3.
anatomi
fisiologi?
4.
Bagaimana jalannya penyakit atau patofisiologi ISK
5. macam
macam ISK?
6. gambaran
klinis?
7.
komplikasi?
8. Apa saja
klasifikasi ISK?
9. Bagaimana
cara pemeriksaan atau tes diagnostik pada pasien ISK?
10. dianogsa ISK
11. Bagaimana
cara penatalaksanaan dan perencanaan pada pasien ISK?
12. Bagaimana
cara pendokumentasian pada pasien ISK?
C. Tujuan
1. siswa dapat
mengetahui definisi ISK
2. siswa dapat
mengetahui etiologi dan tanda gejala ISK
3. siswa dapat
mengetahui anatomi fisiologi ISK
4. siswa dapat
mengetahui jalannya penyakit atau etiologi ISK
5. siswa dapat
mengetahui macam macam ISK
6.
siswa dapat mengetahui gambaran klinis ISK
7.
siswa dapat mengetahui komplikasi ISK
8.
siswa dapat mengetahui klasifikasi ISK
9.
Bagaimana cara pemeriksaan atau tes diagnostik pada pasien ISK?
10. siswa dapat mentahui diagnosa ISK
11. siswa dapat mengetahui cara
penatalaksanaan dan perencanaan pada pasien
ISK
12. siswa dapat mengetahui cara
pendokumentasian pada pasien ISK
BAB II
LANDASAN
TIORITIS
A.
Pengetian
ISK
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum
yang dipakai untuk mengatakan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Marlene.
2016).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan
adanya infeksi bakteri pada saluran kemih (Depkes RI, 2014).
Infeksi saluran kemih dapat mengenai laki-laki
maupun perempuan dari semua umur.Akan tetapi secara jenis kelamin ternyata
wanita lebih sering terinfeksi dari pada pria dengan angka populasi umur,
kurang lebih 5-15 %.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu di
saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama Echerichia coli;
risiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral,
obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral
baru, septikemia (Mary. 2014).
Infeksi traktus urianarius pada pria merupakan
akibat menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga wanita.Namun
demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria
dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi
traktus urinarius.Akibatnya, ISK pada pria jaraang terjadi. Namun, ketika
gangguan ini terjadi, kali ini menunjukan adanya abnormalitas fungsi dan
struktur dari traktus urianrius (Rudi. 2012)
B. Penyebab ISK
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika suatu
organisme penginfeksi, biasanya suatu bakteri gram negatif seperti E.coli,
masuk ke saluran kencing.Radang area lokal terjadi, diikuti dengan infeksi
ketika organisme bereproduksi.Bakteri radang muncul di kulit area genital dan
memasuki saluran perkemihan melalui pembukaan uretra.Organisme dapat juga masuk
selama kontak seksual.
Dalam hal ini infeksi terjadi sebagai infeksi
yang diperoleh dari komunitas yang tidak kompleks.Pasien dengan kateter
perkemihan bisa juga mengalami infeksi karena adanya kateter yang memberikan
suatu jalan kecil bagi bakteri untuk masuk ke kandung kemih.Beberapa peralatan
saluran kencing, misal cystoscopy, juga memberikan suatu jalan kecil
bagi bakteri untuk masuk kandung kemih. Sebagian dari peralatan tidak
disterilkan sepenuhnya antara pasien satu dengan yang lainnya; peralatan diberi
desinfektan dosis tinggi karena serat optik dan lensa di dalam tidak akan tahan
dengan temperatur tinggi yang diperlukan untuk mensterilkan. Infeksi ini akan
dipandang sebagai nosocomial. (Mary. 2014)
Tanda Gejala ISK
Menurut Mary. 2014.
1.
Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
2.
Urgensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
3.
Susah buang air kecil karena iritasi lapisan mukosal
4.
Rasa sesak/ penuh di dalam area suprapublik
5.
Pungung bawah sakit
C.
ANATOM FISIOLOGI
Sistem
perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang fungsinya
membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan
dua C ureter, yang mengangkut kemih
dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir
bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar
tubuh sewaktu berkemih.
Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter.
Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi.Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan
Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter.
Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi.Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan
berjalan turun
dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter
internal dan external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan
external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau
penyakit saraf.
D. Pathway ISK
D. Patofisiologi ISK
Menurut Rudi. 2012infeksi
saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius.Mikroorganisme ini masuk melalui kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat, hematogen, limfogen.Ada dua jalur utama terjadi isk, yaitu ansending
dan hematogen.
1. Secara asending:
a. masuknya mikroorganisme dalam
kandung kemih, antara lain faktor anatomi dimana wanita memiliki uretra yang
lebih pendek dari pada laki-laki sehingga insiden terjadinya isk lebih tinggi,
faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam
traktus urinarius (pemeriksaan sitoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus
yang terinfeksi.
b. Naiknya bakteri dari kandung
kemih ke ginjal
2. Secara hematogen:
Sering terjadi pada pasien
yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen. Ada beberapa hal yang memengaruhi struktur dan fungsi ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya bendungan total urin
yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan
parut, dll.
E. MACAM MACAM ISK:
1)Uretritis (uretra)
2)Sistisis (kandung kemih)
3)Pielonefritis (ginjal)
F. GAMBARAN KLINIS:
Uretritis
biasanya memperlihatkan gejala :
1)Mukosa memerah dan oedema
2)Terdapat cairan eksudat yang purulent
3)Ada ulserasi pada urethra
4)Adanya rasa gatal yang menggelitik
5)Good morning sign
6)Adanya nanah awal miksi
7)Nyeri pada saat miksi
8)Kesulitan untuk memulai miksi
9)Nyeri pada abdomen bagian bawah.
1)Mukosa memerah dan oedema
2)Terdapat cairan eksudat yang purulent
3)Ada ulserasi pada urethra
4)Adanya rasa gatal yang menggelitik
5)Good morning sign
6)Adanya nanah awal miksi
7)Nyeri pada saat miksi
8)Kesulitan untuk memulai miksi
9)Nyeri pada abdomen bagian bawah.
Sistitis
biasanya memperlihatkan gejala :
10)Disuria (nyeri waktu berkemih)
11)Peningkatan frekuensi berkemih
12)Perasaan ingin berkemih
13)Adanya sel-sel darah putih dalam urin
14)Nyeri punggung bawah atau suprapubic
15)Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
10)Disuria (nyeri waktu berkemih)
11)Peningkatan frekuensi berkemih
12)Perasaan ingin berkemih
13)Adanya sel-sel darah putih dalam urin
14)Nyeri punggung bawah atau suprapubic
15)Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
Pielonefritis
akut biasanya memperihatkan gejala :
16)Demam
17)Menggigil
18)Nyeri pinggang
19)Disuria
16)Demam
17)Menggigil
18)Nyeri pinggang
19)Disuria
Pielonefritis
kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut, tetapi
dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.
G. Komplikasi dari suatu infeksi saluran
kencing ini mungkin termasuk:
·
Infeksi berulang, terutama pada
wanita yang mengalami dua atau lebih ISK dalam periode enam bulan atau empat
atau lebih dalam setahun
·
Kerusakan ginjal permanen akibat
infeksi ginjal akut atau kronis (pielonefritis) karena ISK yang
tidak diobati
·
Peningkatan risiko pada wanita hamil
melahirkan bayi berat lahir rendah atau bayi prematur
·
Penyempitan uretra (striktur)
pada pria dari uretritis berulang, sebelumnya terlihat dengan uretritis
gonococcal
·
Sepsis, komplikasi infeksi yang
berpotensi mengancam nyawa, terutama jika infeksi bekerja pada saluran urine
Anda ke ginjal.
H. Klasifikasi :
Jenis infeksi saluran
kemih antara lain:
1. Kandung
kemih (sistitis)
2. Uretra
(uretritis)
3. Prostat
(prostantitis)
4. Ginjal
(pielonefritis)
I.
Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa
atau pengobatan antara lain adalah :
1. Laboratorium
a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri
dan pH meningkat.
b. Urine kultur :
· Untuk menentukan jenis kuman
atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya : streptococcus, E. Coli, dll
· Untuk menentukan jenis
antibiotik yang akan diberikan
c. Darah : terdapat
peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage –
Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal,
panggul.Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
b. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung
kemih.
J
.Diagnosa Keperawatan
1. Penyebarluasan Infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Inflamasi,Kandung Kemih,dan struktur traktus urinarius lain
3. Perubahan pola eliminasi urine (disuria,dorongan,frekuensi,dan atau noktuaria).berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit,metode pencegahan,dan instruksi perawatan dirumah.
5.nyeri akut yang berhubungan dengan agen cidera biologis
6.kekursaangan volume ciran berhubungan dengan reinteraksi abdominal
7.resiko infeksi berhubungan
dengan adanya bakteri pada saluran kemih
K. Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan
Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
2. Berikan kesampatan Klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan
3. Beri Support pada klien
Rasional : Agar klien mempunyai semangat
4. Berikan dorongan spiritual
Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5. Berikan penkes
Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya
6. Memberikan kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak diketahui tentang penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya
7. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menbuat pilihan berdasarkan informasi.
8. Berikan informasi tentang : sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat, persiapan yang dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional : Pengetahuan apa yng diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.
9. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum
sebanyak kurang lebih
delapan gelas per hari
Rasional : Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal.
10. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspesikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional : Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhuan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik
Rasional : Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal.
10. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspesikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional : Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhuan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik
L. Pelaksanaan
Keperawatan
Pada tahap ani untuk melaksanakan Intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.Agar Implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,memantau dan mencatat respon pasien terhadap setia Intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
(Doengoes E Marilyn.dkk.2000)
Pada tahap ani untuk melaksanakan Intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.Agar Implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,memantau dan mencatat respon pasien terhadap setia Intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
(Doengoes E Marilyn.dkk.2000)
M.
Evaluasi Keperawatan
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah,mengacun pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
• Nyeri yang menetap atau bertambah
• Perubahan warna urine
• Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah,mengacun pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
• Nyeri yang menetap atau bertambah
• Perubahan warna urine
• Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.
BAB III
TINJAUAN KASUS
TINJAUAN KASUS
A.
IDENTITAS KLIEN
Nama :
TN.D
No.mr : 04.93.50
Umur : 29 Tahun
Pekerjaan :
Tani
Agama : Islam
Status
Perkawinan : Kawin
Alamat : Desa baru
Penanggung
jawab : Istri
Alamat : Desa baru
Tanggal
masuk rs : 04-07-2012
Cara
masuk rs : malalui UGD
Yang
mengirim : Istri
Riwayat
alergi : (-)
Obat : (-)
Makanan :
(-)
Dll :
(-)
Alat
bantu yang pakai : Brangkar
B.
RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat
kesehatan dahulu
Klien mengatakan pernah
mengalami maag semenjak 3tahun terakhir.
2. Riwayat
kesehatan sekarang
Pada saat dilakukan
pengkajian tanggal 05-07-2012 pukul 10.30, klien mengatakan bahwa perut klien
terasa sakit, pusing, mual, dan muntah tidak ada. BAK klien agak bernanah dan
BAB klien cair dan agak bercampur darah
3. Riwayat
kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa
tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit ini yang sama dengan klien.
C.
PEMERIKSAAN FISIK
1)
TTV
S : 37,5
TD : 140/80
N : 82
P : 24
2)
TB : 165
BB :
56
3)
KEPALA
Rambut : kulit kepala tampak bersih, rambut
bersih
Mata : konjungtiva anemis
Hidung : simestris kiri dan kanan
Telinga : bersih, tidak terdapat serumen,
simetris kiri dan kanan
4)
Leher
Trakea : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid
dan getah bening
Jvp : 5-2 cmh20
5)
Thorak
I : simetris kiri dan kanan
P : fremitus kiri dan kanan
P : sonor
P : vesikuler
Jantung
I : ic cordis tidak terlihat
P : ic cordis tidak teraba
P : batas jantung atas RIC 11
P : irama terarur
6)
Abdomen
I : perut tidak membuncit
P : hepar dan lien sulit dinilai
P : tympani
A : Bising Usus (+)
7)
Ekstremitas
Ekstremitas atas dan
bawah baik
8)
Integument
I : kulit kuning lansat
P : akral hangat
9)
Neurologis
GCS 15, Compos mentis,
E=4 V=5 M=6
10) Mamme
I : tidak dilakukan
P : tidak dilakukan
11) Urogenital
I : lesi (-), skrotum simetris kiri dan
kanan
P : perabaan diatas simpisis terasa nyeri
12) Anus
I : lesi (-), kemerahan (-), haemoroid
P : massa (-)
D.
AKTIFITAS SEHARI – HARI
Nutrisi
Makanan : sehat = 2-3
kali/hari
Sakit = 1-2 kali/hari
Minun : sehat = 3-4 gelas/hari
Sakit
= 10 gelas/hari
Eliminasi
Miksi : sehat = 4-5 kali/hari
Sakit = 6-7 kali/hari,sediki-sedikit tapi sering,
nyeri(-)
Defekasi:sehat = 1 kali/hari Sakit = 1 kali/3hari
E.
AKTIFITAS PERAWATAN DIRI
Sehat : mandi = 2 kali/sehari
Gosok gigi = 2
kali/sehari
Cuci rambut = 1 kali/2
hari
Sakit : mandi = 1 kali/sehari
Gosok gigi = 2
kali/sehari
Cuci rambut = 2 kali/
seminggu
ISTIRAHAT DAN TIDUR
Sehat : siang = 2-3 jam/hari
Malam = 7-8 jam/hari
Sakit : siang=1-2
jam/hari
Malam= 3-4 jam/hari,
tidur klien kurang nyenyak
F.
DATA PSIKOSOSIAL
Klien dan keluarganya
selalu mengatakan klien kurang semangat karena penyakit yang dideritanya.
G.
DATA SPIRITUAL
Biasanya klien ada
beribadah , namun selama dirawat , klien jadi kurang beribadah.
H.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gula darah sentry : 73
Total cholesterol : 159 (220
mg/dl)
Trigkenda : 103
Uric cout : 45 w=15-6 mg/dl
Urium : 28,5 10-50 mg/dl
Kreatinin : 1,01
Total protein : 6,73 6,5-8,7 gr/dl
Alkali foltase : 207 49-232 u/i
Total bilirubin : 0,80 0,3-1,0 mg/dl
SGOT : 29,7 p:<37 w:21 u/i
GGPT : 22,1 p:<42 w:<32 u/i
I.
PENATALAKSANAAN
INJEKSI TRAMADOL 2 x 1
INJEKSI RANITIDIN 2 x 1
INJEKSI SERIASON 1 x 1
J. ANALISA
DATA
NO
|
DATA
|
MASALAH
|
ETIOLOGI
|
1.
2.
3.
|
DS:
Klien mengeluh nyeri pinggang dan rasa tidak enak daerah suprapubic
Klien mengeluh nyeri saat berkemih
Klien mengeluh rasa panas saat berkemih
DO :
Klien tampak meringis
Klien tampak gelisah
Prilaku klien distraksi
DS :
Klien mengatakan susah tidur
Klien mengatakan sering berkemih
Klien mengatakan berkemih dengan jumlah sedikit-sedikit
DO :
Urine kalien sedikit – sedikit keluar
Urine tampak menetes - netes
DS :
Klien mengatakan bingung dengan prosedur terapi
Klien mengatakn tidak tau dengan peny-nya
DO :
Terdapat kesalahan pernyataan dari
klien tentang peny-nya
Sering bertanya / menerima informasi
Terjadinya komplikasi yang dapat
dicegah
|
Nyeri
Perubahan pola eliminasi urine
Kurang pengetahuan tentang
kondisi,prognosis dan keb.pengobatan.
|
Inflamasi dan infeksi saluran kemih.
Sering berkemih, urgensi, hesistensi
Kurang terpajang informasi
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Infeksi berhubungan dengan masuknya kuman ke kandung kemih. Ditandai
dengan:
DS : pasien mengeluh nyeri
DO : - wajah meringis
- adanya tanda-tanda infeksi
|
Tidak terjadinya infeksi setelah
diberikan tindakan keperawatan ditandai dengan:
Tidak ada nyeri dan tanda-tanda
infeksi
|
-
kaji TTV
-
catat karakteristik urine
-
tampung urine mid sternum
-
anjurkan mandi menggunakan sabun anti bakteri
-
hindari mandi rendam
-
kolaborasi untuk pemberian antibiotic 3-5 hari parenteral dan obat penurun
panas.
|
- mengetahui tanda-tanda infeksi
- untuk mengetahui adanya kuman penyebab
- menghindari penyebaran infeksi
- membantu menghilangkan infeksi dan
menurunkan panas
|
2
|
Nyeri berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Ditandai dengan:
DS : Pasien mengeluh nyeri seperti
terbakar waktu buang air kecil, mengeluh nyeri pada daerah pinggul
DO : Ekspresi wajah meringis
|
Tidak adanya nyeri .
Dengan criteria hasil:
DS : Tidak ada
keluhan nyeri waktu BAK dan tidak ada nyeri pada daerah pinggul
DO : Ekspresi wajah rileks
|
- kajih sifat, intensitas, lokasi,
lamanya dan factor pencetus serta penurun nyeri
- pantau urine terhadap perubahan warna,
bau dan pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam serta hasil
urinalisis ulang.
|
- mengetahui keadaan pasien untuk
melaksanakan tindakan selanjutnya
- untuk mengidentifikasi indikasi
kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
|
3
|
Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan
nokturia) yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Ditandai
dengan:
DS : - Pasien mengeluh sering BAK,
- adanya nokturia, disuria
|
Pasien dapat berkemih sesuai pola
eliminasi yang mendekati normal. Dengan criteria hasil:
DS : tidak ada kelihan
DO : tidak ada nokturia
|
- berikan kenyamanan non farmakologis :
Bantu pasien mengambil posisi yang nyaman
- kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik
- berikan antibiotic
- anjurkan pasien untuk meningkatkan
masukan cairan peroral untuk mengencerkan urine.
- Kaji haluan urine
- Ukur dan catat haluan urine setiap
kali berkemih
- Bantu pasien ke kamar kecil dan
memakai pispot atau urinal
- Palpasi kandung kemih setiap 4 jam
- Menghindari minum 2-3 jam sebelum
tidur dan anjurkan untuk berkemih sebelum tidur.
|
- Diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri
- Analgetik memblok lintasan nyeri,
sehingga mengurangi nyeri
- Pemberian antibiotic
- Akibat haluan urine memudahkan
berkemih sering dan memantuh salurean kemih
- Untuk mengetahui perkembangan
kesehatan pasien
- Mengawasi ketelitian pengosongan
kandung kemih
- Mengurangi resiko terjadinya
kecelakaan
- Mengetahui adanya distensi
- Menghindari nokturia sehingga pasien
dapat tidur secara maksimal
|
4
|
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan invasi kuman ke dalam tubuh.
Ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan bahwa badan terasa
panas
DO : Suhu badan meningkat
|
Suhu tubuh kembali normal dengan
criteria hasil
DS :
Pasien mengatakan badan tidak terasa panas
DO : Suhu tubuh
kembali normal
|
- Kaji tanda-tanda vital
- Beri kompres air hangat
- Anjurkan pasien untuk minum air
- Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian anti pireutik
|
- Mengetahui keadaan umum pasien
- Dapat membantu fasodilatasi pembuluh
darah sehingga mempermudah terjadinya penguapan tubuh
- Diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh
pasien dan memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
- Antipireutik dapatb membantu
menurunkan suhu tubuh.
|
5
|
Perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah. Ditandai dengan :
DS : Anoreksia
DO : Porsi makan tidak dihabiskan
|
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan
criteria:
DS : Adanya nafsu
makan
DO : Porsi makan
dihabiskan, tidak ada mual dan muntah
|
- Kaji frekuansi makan pasien perhari
- Timbang berat badan
- Beri makan porsi sedikit tapi sering
- Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antiemetika
- Anjurkan keluarga membawa makanan yang
disukai pasien
|
- Mengetahui perkembangan asukan nutrisi
- Mengetahui perkembangan status nutrisi
pasien
- Usaha untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
tubuh
- Membantu meningkatkan nafsu makan
pasien
|
6
|
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri dan kelemahan
fisik:
DS : pasien mengatakan nyeri saat bergerak
DO : pergerakan terbatas kelemahan fisik
|
Pasien dapat melakukan aktifitas.
Dengan criteria hasil:
DS : Pasien
mengatakan dapat bergerak dan melakukan aktifitas
DO
: Pasien dapat beraktifitas secara mandiri
|
- Kaji tingkat kemampuan dalam melakukan
aktifitas
- Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya
- Latih pasien dalam melakukan aktifitas
secara mandiri
|
- Mengetahui tingkat kemampuan pasien
dalam melaksanakan aktifitas
- Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
- Meningkatkan kemampuan dalam
melaksanakan aktifitas
|
7
|
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
ISK. Ditandai dengan :
DS : Pasien
bertanya tentang penyakitnya
DO : Pasien gelisah,
mekanisme koping menurun
|
Ansietas berkurang. Dengan criteria
hasil:
DS : pasien menyatakan pengetahuan
yang akurat tentang penyakitnya
DO : Pasien tampak rileks, ansitas
berkurang
|
- Kaji tingkat pengetahuan pasien
tentang penyakit ISK
- Observasi situs psikis pasien
- Beri penjelasan tentang penyakitnya
- Ajarkan nama obat, dosis, waktu, dan
cara serta efek samping obat
- Anjurkan pasien untuk menghindari
minum kopi, the, cola dan minuman beralkohol
|
- Mengetahui tingkat pengetahuan
pasiententang penyakitnya
- Mengetahui tingkat kexcemasan dan
mekanisme koping pasien
- Diharapkan pasien memahami tentang
penyakitnya sehingga mengurangi ansietas
- Untuk mengurang kesalahan dan
pemberian terapi obat oleh keluarga atau pasien
- Untuk mengurangi timbulyan gejala
iritasi yang lebih buruk.
|
Implementasi dan Evaluasi
Catatan
Perkembangan
Nama
klien : Tn”D”
No.Register : 04.93.50
Umur
: 29 tahun
Diagnosa Medis : Infeksi saluran kemih
Ruang
: arizal
NO
|
Jam/tanggal
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Nama/ttd
|
1.
|
08.30/
10/03/2013
|
1.mengkaji
vital sign
DS: -
DO:
N=80x/mnt RR=20x/mnt TD=110/70 S=38˚C.
2.Mengkaji
tingkat nyeri
DS :
Pasien mengatakan nyeri di daerah abdomen
DO:
pasien tampak nyeri ketika dilakukan pemeriksaan abdomen
3.Membantu
pasin untuk mengotrol nyerinya
DS:-
DO:
pasien tmpak mengerti tentang tehnik nafas dalam yang diajarkan oleh perawat
|
Waktu,Tagal
: 14:00,10/03/2013
S:
klien mengatakan masih nyeri di abdomen
O: -
S= 30 ˚C
-klien tampak nyeri ketika dilakukan pemeriksaan abdomen
A:
masalah belum teratasi
P:
lanjutkan intervensi
-
Kaji vs
-
Beri obat anal
|
kukuh_st
|
11.30
WIB
|
1.melibatkan
keluarga untuk membantu menurunkan suhu tubuh pasien
DS:
DO:
keluarga tanpak mengerti apa yang dijelaskan/ diajarkan perawat
2.memberi
banyak minum
DS:
pasien mengatakan akan berusaha banyak minum
DO:
pasien tampakmengerti dengan penjelasan perawat
|
|||
14:00
|
1.
memantau frekueensi,warna urin
DS
: klien mengatakan sering buang air kecil tp sedikit -sedikit
DO :
- urin berwarna keruh seperti air teh
|
|||
2
|
08:30
/ 11/03/2013
|
1.kaji
vital sign
DS
:
DO :
S=37,5˚C
N=80x/mnt
RR= 20x/mnt
TD= 120/70 mmHg
|
Waktu,Tagal
11/03/2013, 14:00 wib
S:
pasien dalam keadaan composmentis/sadar
O:
-S=37,5˚C
-pasien dalam keadaan compousmentis
A:
masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
|
kukuh_st
|
11:30
WIB
|
1.kaji
tingkat kesadaran
DS
DO:
Pasiendalam keadaan composmentis
|
|||
3
|
08:30/
12/03/2013
|
1.kaji
tingkat nyeri
DS:
Pasien mengatakan sudah tidak nyeri lagi pada abdomen .
DO:
tidak ada nyeri tekan pada abdomen
|
S:-pasien
mengatakan sudah tidak
merasa nyeri lagi.
- pasien mengatakan sudah tidak sering buang air kecil lagi.
O:-
S=37,5˚C
- tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
A:
masalah teratasi
P:
hentikan intervensi.
|
kukuh_st
|
11.00/
12/03/2013
|
1.kaji vital sign
DS :
DO : S=37,5˚C
N=80x/mnt
RR= 20x/mnt
TD= 120/70mmHg
|
|||
14.00/
12/03/2013
|
1.kaji eliminasi urine termasuk frekuensi,
konsistensi, bau, volume, dan warna.
DS: pasien mengatakan sudah tidak sering
buang air kecil lagi.
|
BAB IV
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang “ Asuhan Keperawatan
Pada Tn. D dengan Uretritis “. Pembahasan akan dimulai dari asuhan keperawatan
yang diberikan pada Tn. D dikaitkan dengan asuhan keperawatan secara teori.
Adapun lingkup pembahasan mencakup tahap – tahap dalam proses keperawatan
antara lain :
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis mengumpulkan data dengan melihat dari ilustrasi kasus, wawancara, pemeriksaan fisik, tidak di lakukan karena penulis tidak mengkaji langsung pada klien, penulis hanya mendapatkan data - data yang menggri ilustrasi kasus yang di dapat. Data yang di dapat yaitu kasus pada lubang kencingkadang keluar cairan putih kental. Pada teori terdapat data adanya rasa gatal dan menggelitik dan adanya nanah dari awal miksi. Sedangkan kasus tidak di temukan karena klien hanya mengatakan bila buang air kecil terasa panas seperti terkena benda tajam. Juga pada awal miksi tidak keluar nanah hanya kadang keluar cairan putih kental. Dan setelah di lakukan pemeriksaan kultur urine terdapat bakteri dalam urine tersebut Dan ketika di lakukan urinalisis di dapatkan leukosuria atau piuria yang positif, klien sudah minum antibiotic selama 3 hari tetapi belum ada perubahan.
Hambatan yang penulis temukan dalam membuat pengkajian adalah data yang penulis dapat tidak adanya riwayat kesehatan, dan penulispun tidak melakukan pemeriksaan fisik, hal ini di karenakanketerbatasan hal yang di peroleh, karena data yang di peroleh henya berdasarkan ilustrasi kasusdan tidak penulis peroleh kasus langsung dari klien. Pemecahan masalahnya adalah penulis tetap menggunakan data yang sudah di peroleh walaupun kurang lengkap.
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah :
Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau hokturia ) berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur urinarius lain.diagnosa ini tidak ada pada kasus karena penulis ini tidak melakukan pengkajian secara langsung jaadi tidak mengetahui adanya perubahan pola eliminasi urine atau tidak,juga karena penulis juga tjdak mengetahui frekuensi BAK pada klien.
Adapun diagnose yang ada pada kasus dan yang ada pada teori adalah:
1. infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada uretra diagnose ini muncul karena pada lubang kencing terjadi infeksi,hal ini terjadi karena saluran kemih sudah terinfeksi yang dimana pada orang normal cairan putih kental tersebut tidak akan keluar .dan cairan putih kental ini di dapat tidak lama setelah kliem melakukan hubungan intim dengan teman wanitanya.
2. gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi uretra.diagnosa ini muncul karena nyeri yang terasa pada saat kencing terjadi kareena daerah yang meradang bersentuhan dengan air kencing.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan dan instruksi perawatan rumah. Diagnose ini muncul karena klien tidak mengerti tentang uretritis, penyebab, juga proses penyakitnya. Dan juga mengerti tentan metode pencegahanya.
B. Perencanaan keperawatan
Adapun pembahasan dari rencana tindakan keperawatan pada klien dengan uretritis adalah sebagai berikut :
1. Infeksi berhubungan dengn adanya bakteripada saluran kemih. Diagnose ini di prioritaskan pertama karena infeksi sudah terjadi dan komplikasi dari infeksi harus di cegah karena komplikasi infeksi dapat mennjalar atu prostat menimbulkan infeksi yang sulit dalam penyembuhannya, penjalaran infeksi ke testis dapat berakibat terganggunya produksi sperma, sehingga mutu sperma tidak baik, ssedangkan penyebaran infeksi pada saluran kemih dapat menyebabkan pancaran urine bercabang akibat dinding uretra mengecil sebagian, sehingga bentiknya tidak bulat lagi. Dengan begitu harapan setelah di lakukan tindakan keperawatan adalah infeksi sembuh dan komplikasi dapat di cegah. Tindakan keperawatan yang di lakukan adalah catat karakteristik urin untuk mengetahui atau mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang di harrapkan.
2. Pada teori tindakan prioritaskan kedua karena menurut maslow rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar yang kedua, masalah ini harus di tangani dengan harapan nyeri hilang dengan skala nyeri 0. Tindakan keperawatan yang di lakukan adalah lakukan sith bath dalam air hangat dan pemberian obat analgetik.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah. Diagnose ini di prioritaskan ke tiga karena klien bertanya tentang penyakitnya dan juga klien merasa bingung karena alah sudah minum obat antibiotic selama 3 hari tetapi belum ada perbaikan. Tindakan keperawatan yang di lakukan adalah berikan pendidikan kesehatan tentang proses penyakit, metode pencegahan dan instruksi pencegahan di rumah.
C. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat sesuai kondisi klien.
Diagnose pertama pada kasus yaitu infeksi, pelaksanaan yang dilakukan adalah mengkaji suhu tubuh klien dan laporkan jika suhu diatas 38,50C, mencatat karakteristik urine, menganjurkan klien untuk minum 2-3 liter, menganjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih dan memberikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering. Pada teori tindakan keperawatan yang dilakukan sama dengan pada kasus.
Diagnose kedua pada kasus yaitu gangguan rasa nyaman nyeri. Pelaksanaan yang dilakukan adalah mengkaji intensitas, lokasi dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri, memberikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat ditoleran, lakukan sith bath dalam air hangat, dan memberikan obat analgetik sesuai dengan program terapi. Pada teori pelaksanaannya adalah sama dengan pada kasus.
Diagnose ketiga pada kasus yaitu kurang pengetahuan. Pelaksanaan yang dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang proses penyakit, metode pencegahan dan instruksi perawatan dirumah.
Semua perencanaan pada kasus tidak semuanya penulis lakukan dikarenakan keterbatasan waktu dan perencanaan pada teori tidak penulis laksanakan pada kasus karena disesuaikan pada kondisi klien saat dilakukan asuhan keperawatan.
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan, pada tahap ini penulis menilai sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai yaitu :
Pada diagnose pertama dikasus yaitu infeksi, data objektif yang dapat dievaluasi adalah tanda – tanda vital dalam batas normal, nilai kultur urine negative, urine berwarna bening dan tidak berbau, sehingga masalah keperawatan teratasi dan cairan putih kental tidak keluar lagi pada lubang kencing.
Diagnose kedua yaitu gangguan rasa nyaman nyeri, data subjektif yang dapat dievaluasi adalah klien menyatakan nyeri berkurang, data objektifnya tampak klien tenang, skala nyeri 1, kandung kemih tidak tegang, tanda – tanda vital dalam batas normal. Masalah keperawatan teratasi karena nyeri hilang.
Diagnose ketiga yaitu kurang pengetahuan tentang proses penyakit, metode pencegahan, data subjektif yang dapat dievaluasi adalah klien mengatakan paham tentang proses penyakit, metode pencegahan dan instruksi perawatan dirumah. Data objektifnya adalah tamppak klien dapat menyebutkan kembali materi yang diberikan. Masalah keperawatan teratasi, setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tahu tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan dirumah.
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis mengumpulkan data dengan melihat dari ilustrasi kasus, wawancara, pemeriksaan fisik, tidak di lakukan karena penulis tidak mengkaji langsung pada klien, penulis hanya mendapatkan data - data yang menggri ilustrasi kasus yang di dapat. Data yang di dapat yaitu kasus pada lubang kencingkadang keluar cairan putih kental. Pada teori terdapat data adanya rasa gatal dan menggelitik dan adanya nanah dari awal miksi. Sedangkan kasus tidak di temukan karena klien hanya mengatakan bila buang air kecil terasa panas seperti terkena benda tajam. Juga pada awal miksi tidak keluar nanah hanya kadang keluar cairan putih kental. Dan setelah di lakukan pemeriksaan kultur urine terdapat bakteri dalam urine tersebut Dan ketika di lakukan urinalisis di dapatkan leukosuria atau piuria yang positif, klien sudah minum antibiotic selama 3 hari tetapi belum ada perubahan.
Hambatan yang penulis temukan dalam membuat pengkajian adalah data yang penulis dapat tidak adanya riwayat kesehatan, dan penulispun tidak melakukan pemeriksaan fisik, hal ini di karenakanketerbatasan hal yang di peroleh, karena data yang di peroleh henya berdasarkan ilustrasi kasusdan tidak penulis peroleh kasus langsung dari klien. Pemecahan masalahnya adalah penulis tetap menggunakan data yang sudah di peroleh walaupun kurang lengkap.
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah :
Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau hokturia ) berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur urinarius lain.diagnosa ini tidak ada pada kasus karena penulis ini tidak melakukan pengkajian secara langsung jaadi tidak mengetahui adanya perubahan pola eliminasi urine atau tidak,juga karena penulis juga tjdak mengetahui frekuensi BAK pada klien.
Adapun diagnose yang ada pada kasus dan yang ada pada teori adalah:
1. infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada uretra diagnose ini muncul karena pada lubang kencing terjadi infeksi,hal ini terjadi karena saluran kemih sudah terinfeksi yang dimana pada orang normal cairan putih kental tersebut tidak akan keluar .dan cairan putih kental ini di dapat tidak lama setelah kliem melakukan hubungan intim dengan teman wanitanya.
2. gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi uretra.diagnosa ini muncul karena nyeri yang terasa pada saat kencing terjadi kareena daerah yang meradang bersentuhan dengan air kencing.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan dan instruksi perawatan rumah. Diagnose ini muncul karena klien tidak mengerti tentang uretritis, penyebab, juga proses penyakitnya. Dan juga mengerti tentan metode pencegahanya.
B. Perencanaan keperawatan
Adapun pembahasan dari rencana tindakan keperawatan pada klien dengan uretritis adalah sebagai berikut :
1. Infeksi berhubungan dengn adanya bakteripada saluran kemih. Diagnose ini di prioritaskan pertama karena infeksi sudah terjadi dan komplikasi dari infeksi harus di cegah karena komplikasi infeksi dapat mennjalar atu prostat menimbulkan infeksi yang sulit dalam penyembuhannya, penjalaran infeksi ke testis dapat berakibat terganggunya produksi sperma, sehingga mutu sperma tidak baik, ssedangkan penyebaran infeksi pada saluran kemih dapat menyebabkan pancaran urine bercabang akibat dinding uretra mengecil sebagian, sehingga bentiknya tidak bulat lagi. Dengan begitu harapan setelah di lakukan tindakan keperawatan adalah infeksi sembuh dan komplikasi dapat di cegah. Tindakan keperawatan yang di lakukan adalah catat karakteristik urin untuk mengetahui atau mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang di harrapkan.
2. Pada teori tindakan prioritaskan kedua karena menurut maslow rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar yang kedua, masalah ini harus di tangani dengan harapan nyeri hilang dengan skala nyeri 0. Tindakan keperawatan yang di lakukan adalah lakukan sith bath dalam air hangat dan pemberian obat analgetik.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah. Diagnose ini di prioritaskan ke tiga karena klien bertanya tentang penyakitnya dan juga klien merasa bingung karena alah sudah minum obat antibiotic selama 3 hari tetapi belum ada perbaikan. Tindakan keperawatan yang di lakukan adalah berikan pendidikan kesehatan tentang proses penyakit, metode pencegahan dan instruksi pencegahan di rumah.
C. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat sesuai kondisi klien.
Diagnose pertama pada kasus yaitu infeksi, pelaksanaan yang dilakukan adalah mengkaji suhu tubuh klien dan laporkan jika suhu diatas 38,50C, mencatat karakteristik urine, menganjurkan klien untuk minum 2-3 liter, menganjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih dan memberikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering. Pada teori tindakan keperawatan yang dilakukan sama dengan pada kasus.
Diagnose kedua pada kasus yaitu gangguan rasa nyaman nyeri. Pelaksanaan yang dilakukan adalah mengkaji intensitas, lokasi dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri, memberikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat ditoleran, lakukan sith bath dalam air hangat, dan memberikan obat analgetik sesuai dengan program terapi. Pada teori pelaksanaannya adalah sama dengan pada kasus.
Diagnose ketiga pada kasus yaitu kurang pengetahuan. Pelaksanaan yang dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang proses penyakit, metode pencegahan dan instruksi perawatan dirumah.
Semua perencanaan pada kasus tidak semuanya penulis lakukan dikarenakan keterbatasan waktu dan perencanaan pada teori tidak penulis laksanakan pada kasus karena disesuaikan pada kondisi klien saat dilakukan asuhan keperawatan.
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan, pada tahap ini penulis menilai sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai yaitu :
Pada diagnose pertama dikasus yaitu infeksi, data objektif yang dapat dievaluasi adalah tanda – tanda vital dalam batas normal, nilai kultur urine negative, urine berwarna bening dan tidak berbau, sehingga masalah keperawatan teratasi dan cairan putih kental tidak keluar lagi pada lubang kencing.
Diagnose kedua yaitu gangguan rasa nyaman nyeri, data subjektif yang dapat dievaluasi adalah klien menyatakan nyeri berkurang, data objektifnya tampak klien tenang, skala nyeri 1, kandung kemih tidak tegang, tanda – tanda vital dalam batas normal. Masalah keperawatan teratasi karena nyeri hilang.
Diagnose ketiga yaitu kurang pengetahuan tentang proses penyakit, metode pencegahan, data subjektif yang dapat dievaluasi adalah klien mengatakan paham tentang proses penyakit, metode pencegahan dan instruksi perawatan dirumah. Data objektifnya adalah tamppak klien dapat menyebutkan kembali materi yang diberikan. Masalah keperawatan teratasi, setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tahu tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan dirumah.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Infeksi Saluran Kemih atau urinarius Troctus infection
adalah suatu keadaan adanya infasi
mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari
saluran perkemihan yang di sebabkan oleh bakteri terutama escherichia coli,
resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluksvesikouretral,
obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen baru,
septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,1998)
Dimana ISK terbagi menjadi 3 bagian :
1) Uretritis ( Infeksi
pada uretra)
2) Pielonefritis (
Infeksi pada ginjal )
3) Sistitis ( Infeksi
pada vesika urinary )
B. Saran
Kami
sebagai mahasiswa mahasiswi keperawatan sangat sangat berharap dengan adanya
makalah ini dapat memberi manfaat dan memeberi pengetahuan lebih tantang
pentingnya menjaga kebersihan tubuh terlebih lagi pada organ vital kita,
terutama pada wanita, karna ISK ini sering sekali terjadi pada wanita dari pada
laki laki, tpi bukan berarti yang laki laki tenang tenang saja, tetap jaga
kebersihan itu sangat penting untuk kesehatan tubuh. Semoga bermanfaat.
TERIMAKASIH
SALAM MANIS NOVIJAWATI